Bagaimana Mengatakan Tidak Tanpa Merasa Bersalah?

“TIDAK.” Kata yang sangat singkat, bukan? Namun entah kenapa rasanya begitu berat. Sungguh gila bagaimana hal sekecil itu bisa membuat orang begitu gugup! Bagi banyak orang, mengatakan tidak adalah hal yang sangat dihindari – bukan karena mereka tidak mau melakukannya, namun karena rasa bersalah selalu muncul setiap kali hal tersebut diucapkan.

Pernahkah hal itu terjadi pada Anda? Anda mengatakan tidak sekali dan kemudian tiba-tiba Anda bekerja dua kali lebih keras hanya untuk “menebusnya”? Ya… kelelahan itulah yang menunggu untuk terjadi.

Sejak kecil, banyak dari kita yang diajari bahwa mengatakan tidak berarti bersikap kasar atau egois. Seiring berjalannya waktu, keyakinan ini diam-diam tertanam dalam pikiran kami dan mengakar kuat. Jadi sekarang, ketika masa dewasa tiba, batasan menjadi sulit untuk dibangun – dan bahkan lebih sulit untuk dilindungi.

Menurut Dr Kamal, seorang hipnoterapis dari Harley Street, hipnoterapi kepercayaan diri dapat digunakan untuk membantu memutus lingkaran ini, sehingga tidak dapat diucapkan dengan tenang dan tanpa rasa bersalah. Kedengarannya membebaskan, bukan?

Mari kita lihat bagaimana “tidak” bisa dikatakan – dan sebenarnya dirasakan oke tentang.


1. Mulailah dari yang Kecil

Penolakan kecil harus dilakukan terlebih dahulu sebelum menghadapi penolakan yang lebih besar. Misalnya, menolak jalan-jalan di akhir pekan ketika yang Anda inginkan hanyalah hari yang tenang dengan membaca buku — itu adalah awal yang baik.

Perlahan, kenyamanan Anda tumbuh. Anda mulai menyadari bahwa mengatakan tidak tidak berarti Anda jahat atau tidak baik. Sebaliknya, kendali atas waktu dan kedamaian Anda diperoleh sedikit demi sedikit. Terasa kuat, bukan?


2. Berlatih Mengatakannya (Serius, Berlatih!)

Latihan menjadi sempurna — kita semua pernah mendengarnya. Bagi sebagian orang, kata “tidak” terasa terlalu tajam, seperti akan menyakiti hati seseorang. Begitu dikatakan, rasa bersalah muncul begitu saja. Kedengarannya familier?

Itu sebabnya balasan harus direncanakan sebelumnya. Sesuatu yang sopan, tegas, dan nyata. Ini membuat batasan Anda tetap jelas dan menyelamatkan Anda dari kerumitan menjelaskan secara berlebihan di kemudian hari.

Karena sejujurnya, siapa yang senang menjelaskan tidak selama lima menit berturut-turut?


3. Katakan Ya Hanya Saat Itu Penting

Setiap jawaban “ya” yang diberikan harus sepadan dengan waktu Anda — tidak hanya diberikan untuk menyenangkan orang lain.

Mungkin itu berarti mengatakan ya untuk membantu ibumu menemui dokternya atau membawa mobilmu untuk pemeriksaan MOT yang telah lama tertunda di bengkel setempat. Itu sangat berarti.

Ketika ya Anda disimpan untuk hal-hal yang sebenarnya urusanenergi dan waktu Anda tetap terlindungi. Cukup pintar, bukan?


4. Jangan Lupakan “Me Time”

Diri Anda juga patut mendapat sedikit perhatian — mengejutkan, bukan? 😅

Entah itu merapikan lemari pakaian, mengajak hewan peliharaan berjalan-jalan, membaca sesuatu yang menenangkan, atau tidak melakukan apa pun untuk sementara waktu, “me time” seperti itu berfungsi seperti tombol reset mental. Ketika pikiran terisi kembali, fokus dan ketenangan kembali secara alami.

Jadi ya, perawatan diri tidak egois. Ini pemeliharaan!


5. Pertahankan Nilai Inti Anda Terlebih Dahulu

Apa yang paling penting untuk dilakukan Anda? Keluarga? Latihan? Mungkin hanya kedamaian dan ketenangan?

Setelah nilai-nilai tersebut jelas, akan lebih mudah untuk memfilter apa yang pantas untuk Anda.

Jika Anda diundang ke suatu tempat tetapi lebih suka jogging atau bersantai bersama anak Anda — katakan tidak dengan sopan. Anda tidak perlu alasan besar. Hanya kejujuran.

Dan coba tebak? Orang biasanya lebih menghormati hal itu daripada jawaban ya palsu.


6. Bersikaplah Nyata Tentang Harapan

Apakah Anda lebih suka dikenal karena menepati janji atau mengingkarinya? Mungkin yang pertama, bukan?

Maka bersikap realistis adalah suatu keharusan. Janji yang berlebihan menyebabkan kelelahan, dan kelelahan menyebabkan kebencian.

Jika Anda diminta lembur terus-menerus, bicaralah dengan manajer Anda. Batasan yang jelas harus ditetapkan. Ini bukan kelemahan – ini profesionalisme. Pekerjaan akan terselesaikan dengan lebih baik ketika stres tidak terus-menerus mengganggu pikiran Anda.


7. Luangkan Waktu Sebelum Membalas

Jawaban instan tidak selalu merupakan jawaban cerdas. Setiap kali ada permintaan yang dibuat – baik untuk menghadiri pesta atau melakukan tugas lain – jedalah terlebih dahulu. Memikirkan.

Tanyakan pada diri Anda: Apakah saya benar-benar punya waktu untuk ini? Apakah saya mau?

Dengan memikirkannya, penolakan Anda terdengar lebih tenang dan tulus. Selain itu, ini menunjukkan bahwa keputusan Anda tidak terburu-buru atau emosional. Dan itu menghasilkan rasa hormat, bukan?


Membungkusnya

Mengatakan tidak tidak apa-apa. Itu tidak membuat Anda kasar, dingin, atau egois. Itu hanya berarti batasan Anda dilindungi. Dan batasannya? Mereka sehat!

Banyak orang merasa bersalah karena takut—takut ketinggalan, kehilangan pengakuan, atau mengecewakan orang lain. Namun tidak ada satu pun dari hal-hal tersebut yang layak untuk dikorbankan demi kedamaian Anda.

Jika perjuangannya terasa terlalu dalam, terapi – terutama hipnoterapi – bisa mengubah hidup. Kepercayaan diri dibangun kembali, pola rasa bersalah lama memudar, dan harga diri tumbuh kuat kembali.

Pada akhirnya, belajar mengatakan tidak berarti belajar menghargai diri sendiri. Dan ketika itu terjadi, hubungan Anda, pekerjaan Anda, dan bahkan suasana hati Anda otomatis menjadi lebih baik.

Jadi silakan — coba ucapkan sekali hari ini. “TIDAK.”
Sudah terasa lebih ringan, bukan?